SAWAHLUNTO - Baginya membesarkan usaha
tenun songket bukan hanya sekedar mencari peluang pasar, menumbuhkan
jumlah pengerajin juga tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan usaha
tenun yang kini ditekuninya.
Tidak hanya sekedar mengikuti pameran
dan promosi, Magdalena, pengerajin tenun yang telah mendalami ilmu
pertenunan semenjak duduk di bangku sekolah dasar itu, juga turut
mendukung pelatihan tenun bagi para pemula.
Bekerja sama dengan Dinas
Perindagkopnaker Sawahlunto pemilik produk tenun di bawah payung usaha
Ellen Songket itu, telah mencetak puluhan pengerajin dalam beberapa
tahun terakhir.
ibu beranak tiga itu mengatakan, siap
memberikan pelatihan bagi siapa saja yang ingin mendalami kerajinan
tenun songket. Syaratnya, terang wanita kelahiran 26 Agustus 1980 itu,
hanya kesabaran dan ketekunan.
Menurut Magdalena, berbagi ilmu dengan
pengerajin pemula, akan ikut meningkatkan ilmu yang dimilikinya.
Terkadang ada masukan yang dapat memberikan nilai positif baginya.
“Kepandaian yang kita miliki akan
bertambah. Namun jika kita tutupi, potensi yang kita miliki hanya akan
berputar di situ-situ saja,” ungkap wanita yang kini telah memiliki
jaringan pasar hingga ke Pulau Jawa itu.
Magdalena memang tergolong pengusaha
yang mengawali karier usaha dari tingkat pengerajin, malahan anak tenun.
Semenjak masih duduk di bangku sekolah dasar, Magdalena telah menekuni
kerajinan tenun.
Dulunya, hasil produk yang dihasilkan
dari tangan terampilnya dijual ke pengusaha untuk dijual ke pasaran.
Wajar saja, jika kini Magdalena dengan usianya yang masih berkepala
tiga, telah menduduki posisi pengusaha.
Magdalena bekerja sama dengan Dinas
Perindagkopnaker Sawahlunto, pernah memberikan bimbingan terhadap
pengerajin pemula di kawasan Kelurahan Tanah Lapang, Keluragan Durian I,
Kelurahan Durian II, dan warga Pisang Kalek Sapan.
Magdalena berprinsip, semakin banyak
pengerajin akan semakin bagus. Sebab, hasil produksi kerajinan tenun
songket saat ini, belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar songket
saat ini.
Wanita yang kini memasuki usia 35 tahun
itu, tengah berusaha mengembangan berbagai motif baru untuk pengerajin
yang dibinanya. Rata-rata, setiap pekan akan ada satu motif baru.
“Motif merupakan salah satu kekuatan
pasar, jika tidak pelanggan akan bosan. Ujungnya, tentu saja omset
penjualan akan berkurang. Namun jika motif selalu diperbaharui,
pelanggan akan terus bertambah,” yakinnya.
Selain membuat motif sendiri, Magdalena
juga mendapatkan pesanan motif sesuai dengan selera pelanggan sendiri.
Khusus untuk motif pesanan, tidak akan dibuat dalam jumlah yang banyak.
Wanita yang bercita-cita ingin menjadi
pengusaha sukses itu, tidak hanya memasarkan hasil tenunan dalam bentuk
bahan saja. Namun, juga mulai mengolah produk tenun menjadi barang jadi.
Hasil olahannya, mulai dari bentuk
pakaian pria dan wanita, dasi, hingga hiasan dinding. “Produk yang kami
buat, juga disesuaikan dengan keinginan pasar. Sehingga tidak monoton,”
tambahnya.
Saat ini, dengan mengandalkan delapan8
anak tenun dan puluhan pengerajin binaan yang tersebar di beberapa desa
dan kelurahan, Magdalena mampu mengantongi omset rata-rata Rp50 juta per
bulan.
Keberhasilan yang diraih Magdalena saat
ini, tidak diraihnya begitu saja. Perjuangan panjang yang dimulai
semenjak bangku sekolah dasar itu, juga mengalami turun naik. Bahkan,
Magdalena juga pernah mengalami kerugian belasan juta rupiah.
Kala itu, salah seorang pemesan
melarikan produk tenun songketnya, tanpa meninggalkan satu rupiah pun.
Pelajaran berharga tersebut, ujar Magdalena, setidaknya menjadi
simpanannya untuk akhirat kelak.(Humas Pemko Sawahlunto)
Posting Komentar